Jumat, 22 Maret 2013

muaem maem lagi (Ica)

setelah ulang taunnya vica di cocari kemarin...tanggal 21 kemarin makan-makan lagi dalam rangka ultahnya icaaa!! libur seminggu ini makan-makan tok *tepuk-tepuk perut*

dapet surprise balon
kado dari is3nakal :D


mau lepas balon biar keren gitu

aku nyanyi percoyo gak kon

geng hore harus selalu bersama

nyam maem sek
prima cangkeman mewakili para lelaki
kampret alpin isok diajak alay

jek ojok mabuk jek :)))

oh ada yang cintanya belum kelar.....





lelaki2 opo iki


wajah kenyang bahagia
posene gak tepak kabeeeh

best wishes ya pokoknya buat ica dan vica <3
*liatin kalender siapa lagi yang mau ultah*

Selasa, 19 Maret 2013

Mogi menuju 2 tahun


asli nggak kerasa ya mog.......hampir 2 tahun kamu di rumahku. 
kamu dateng hari senin, waktu itu aku lagi mos SMA. pulang dari perisai, cuapek, lemes, eh tiba-tiba tanteku bawa kamu :) 

terima kasih ya sudah membawa kebahagiaan di rumahku
yang tadinya suntuk belajar, liat kamu angop aja langsung gak suntuk lagi.

meskipun mukamu datar setengah mati..
nggak manja sama sekali
nggak suka digendong, tapi paling suka dielus pake kaki.
aku sayang Mogi

*sek ngguyu sek aku*

 

Minggu, 10 Maret 2013

Aku Gelap



Aku Gelap. 

Tidak semua orang suka padaku. Anak kecil banyak yang menghindariku, takut. Meronta-ronta saat lampu kamar mereka hendak dipadamkan. Takut ada setannya. Padahal aku tidak pernah membawa siapapun, aku gelap dan aku sendiri. Soliter. 

Aku identik dengan duka. Lihat saja orang-orang yang sedang takziah. Mereka menggunakanku. Aku adalah perlambang dari ungkapan prihatin. Jadi aku mengiringi tangis dan sedu sedan.  Tak ada yang pernah tertawa riang saat bertemu denganku. 

Kadang aku merasa iri dengan kerabat dekatku, si Redup. Kami tidak beda jauh, hanya saja Redup memiliki cahaya lebih dariku. Orang-orang menggunakannya saat akan tidur, dan Redup akan meninabobokan sampai mereka terlelap. Redup tidak mengganggu mata sehingga orang-orang dapat beristirahat dengan nyaman. Ah, andai saja aku memiliki sedikit dari cahayamu, kawan.

Aku juga iri dengan kerabatku yang lain, si Remang-Remang. Derajatnya lebih tinggi daripada Si Redup. Banyak yang bilang Remang-Remang itu lembut dan menentramkan, bahkan ada yang menyebutnya romantis. Aku melihat banyak yang membangun perasaan itu dengan menggunakan Remang-Remang. Ah, andai saja aku juga bisa seterang dirimu, kawan. 

Aku tak bercahaya, lalu apalah guna diriku, isakku dalam hati. Saat lampu padam, orang-orang mengomel, mereka menyalahkanku karena menghambat aktivitas mereka. Mereka lebih cinta terang, karena dunia tampak lebih indah dan berwarna. Cahaya membuat mereka dapat melihat pelangi, gunung, dan laut. Saat gelap, apa yang bisa dinikmati?

“Kenapa kamu bersedih, Gelap?” tiba-tiba Bintang menghampiriku. Aku terperanjat, Bintang adalah sosok yang sangat kuhormati dan kuagung-agungkan karena cahayanya, jadi begitu terkejutnya aku karena dia sudi bicara padaku.

“Eh..tidak apa-apa, Bintang. Aku hanya sedang berpikir,” jawabku lirih. Kutundukkan diriku serendah-rendahnya, karena selain silau, aku malu.

“Ceritakan padaku,” pinta Bintang ramah, tanpa sedikitpun nada memaksa.

Aku menghela napas, “Aku berpikir kenapa aku ada. Kenapa semua orang takut bahkan tidak suka padaku. Lalu apa gunaku?” 

“Lihat saja Redup dan Remang-Remang, cahaya mereka lebih sedikit saja dariku, tapi banyak orang yang suka,” lanjutku emosi, tanpa sadar suaraku meninggi.

Bintang menatapku lembut, membuatku semakin rendah diri. Raut wajahnya mempersilakanku untuk melanjutkan keluh kesahku.

“Aku memang tidak tahu diri, Bintang, tapi bolehkah aku meminjam sedikit saja cahaya darimu?” Kuberanikan diri bertanya pada Bintang, meskipun rasanya sungkan bukan main.

“Lalu, siapa yang akan membantuku?” Bintang merangkulku, hangat.

“Membantumu? Kau kan sudah punya cahaya sendiri.”

Bintang tertawa lembut, tidak sepadan dengan sinarnya yang dipancarkan. “Kalau Gelap tidak ada, bagaimana aku akan terlihat dari Bumi sana?”

Aku semakin tidak mengerti, lalu Bintang menunjuk ke Bumi.

“Perhatikan baik-baik. Dalam gelap pun orang-orang dapat melihat keajaiban alam. Lihatlah aku. Tanpa kamu, aku tidak akan terlihat dari Bumi. Tanpa kamu, orang-orang tidak akan bisa melihat indahnya bintang jatuh, aurora, bahkan terangnya bulan purnama. Kami butuh kegelapanmu untuk menciptakan keindahan-keindahan itu. Matahari pun butuh kamu, karena setelah dia tenggelam untuk istirahat, kamu kan yang menggantikannya?”

Aku melihat lebih jeli lagi ke Bumi, ternyata yang kulihat di bawah sana adalah mata-mata yang berbinar, napas-napas yang tertahan, dan mulut-mulut yang tak henti-hentinya mengucap keindahan kami. Aku dan Bintang, aku dan Bulan, aku dan kawan-kawan semestaku.

Aku hampir menangis, menyadari betapa dibutuhkannya aku disini. 




Jumat, 08 Maret 2013

kenangan SMP


  sebenernya ya tiap lihat-lihat foto SMP aku mesti kayak "oh god why?" opo o mukaku dulu gitu, opo o rambutku gitu, opo o bajuku kok gitu. super mega giga nggilani.


tapi tiap lihat foto-foto itu........rasanya kenangan-kenangan itu kembali lagi.

nama kelasku kelas 8 dulu :)



awal-awal tau photobooth



faykel, sahabat dari SD. raiku bunder ser.

fajar lho :)))

galih-sasa-fiqry. kejadian dimana jarik ku suwek

karya andini. tapi komentare mayak --



UASLI rambutku dulu sependek itu. kayak cowok, life decision paling gendeng


foto ini pernah ditampilkan di multimedia fair dan dilihat seluruh anak SMP se SBY

reuni spensix 2012 :)



bu hendri njungkel

suatu hari bu hendri (guru biologi) ngajar di kelasku.

terus tiba-tiba dia bilang, "sepurane yo rek raiku biru-biru memar ngene," maaf ya nak muka ibu biru-biru memar begini.

kontan memancing pertanyaan dari anak-anak sekelas, "lho, kenapa bu?"

seperti biasa bu hendri menjawab dengan berkobar kobar, "iku lho mau isuk! aku boncengan karo bojoku. lha moro-moro tali tasku kecantol stang sepeda motore wong liyo, yo nggeblak aku nang mburi!!" itu lho tadi pagi, aku boncengan sama suamiku. lha tiba-tiba tali tasku kecantol stang sepedanya orang lain, ya terjungkal aku ke belakang. telunjuknya terarah kemana-mana, sambil menunjukkan tasnya yang talinya lepas.

"astaghfirullah buk...kok bisa itu lho..." jawab anak-anak prihatin masio dalam hati ngempet ketawa.

bu hendri meringis, "makane!! iku bojoku sisan gak tambah nulungi lha kok tambah mlaku terus, gak ndelok bojone ngambung aspal!!" makanya, itu suamiku juga sudah tidak nolong, malah jalan terus. gak lihat istrinya mencium aspal.

buwahahhaahahaha ancen dasare murid durhaka yo...langsung sekelas ketawa. baru tau ya ada guru habis njungkel dari sepeda motor malah cerita sambil ketawa-ketiwi.

"ancene bojoku iku, mosok gak ngroso bebane ilang, malah motore terus mlaku ninggal aku......" memang suamiku itu, masa gak ngerasa bebannya hilang, malah motornya terus jalan ninggal aku.

buwahahahahaha kita ketawa lagi.

"akhire aku ditulungi polisi, ngguanteeng nemen. 'ibu nggak papa?' yo aku jawab 'gakpopo, tapi bojoku nang kono'"

:)))) gak mbayangin mukanya suaminya bu hendri pas sadar istrinya udah ndlosor di aspal.

ah bu hendri ada-ada aja.....

sekarang tiap pelajaran biologi, kalau ada yang tidur atau ngantuk-ngantuk pas presentasi bu hendri langsung nunjuk sambil teriak "HE PENIS!"

uasli kaget kabeh, terutama cowok-cowok yang emang merasa sebagai pemilik.

"lho kan temen, langsung tangi kabeh mergo aku mbengok penis." lho kan beneran, langsung bangun semua gara-gara aku teriak penis.